Senin, 05 Desember 2016

Ajaran Bushido Dalam Revolusi Mental Jepang



Penerapan Ajaran Bushido dalam Revolusi Mental dan Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Jepang
Cici Eliya Melawati
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Metro


Abstrak
Ajaran Bushido berasal dari jaman Kamakura (Tahun1185-1333), terus berkembang mencapai jaman Edo (Tahun 1603-1867). Bushido menekankan kesetiaan, keadilan, rasa malu, tata-krama, kemurnian, kesederhanaan, semangat berperang, kehormatan. Aspek spirituallah sangat dominan dalam falsafah ajaran bushido. Meski memang menekankan prinsip “kemenangan terhadap pihak lawan”, hal itu tidaklah berarti menang dengan kekuatan fisik. Dalam semangat dan ajaran bushido, seorang Samurai diharapkan menjalani pelatihan spiritual guna menaklukkan dirinya sendiri, karena dengan menaklukkan diri sendirilah orang baru dapat menaklukkan orang lain. Kekuatan timbul dari kemenangan dalam disiplin diri. Justru kekuatan yang diperoleh dengan cara inilah yang dapat menaklukkan sekaligus mengundang rasa hormat pihak-pihak lain, sebagai proses kemantapan spiritual. Perilaku yang halus dan penuh tatakrama dianggap merupakan aspek penting dalam mengungkapkan kekuatan spiritual.

Kata Kunci : Penerapan, Bushido, Revolusi, Mental, Masyarakat, Jepang


Pendahulua
1
 
Dibukanya Jepang oleh Dunia Barat, yang dimulai pada tahun 1854 dengan diresmikannya  perjajnjian dagang dan perundingan diplomatik pertama dengan Amerika Serikat, adalah lonceng  kematian  untuk Shogun  atau sistem pemerintahan ala Samurai. Pemerintahan Samurai Jepang gagal bertahan saat negara itu mulai dibuka  untuk dunia luar  karena prinsip utama  sistem Shogun  tidak sesuai dengan sistem ekonomi kapitalis yang cenderung  hanya mengejar keuntungan, individualistis, menjunjung tinggi inisiatif pribadi, dan rentan dengan perubahan. ( Boye de Mente terjemahan Fifah , 2009 : 18 )
Perkembangan kaum Samurai ini diikuti pula dengan perilaku mereka dengan suatu wujud kode etik Bushido. Pengaruh ajaran Bushido memainkan peranan penting  dalam pembentukan Jepang Modern antara tahun 1870–1895. Walaupun para Samurai yang bermukin jauh dari ibu kota Shogun di Yedo (Tokyo) yang menyebabkan kejatuhan kelas Samurai ( kesatria ). Para Samurai itulah yang akhirnya membantu  mengembalikan lagi  dengan gerakan restorasi. Para Samurai itulah yang telah memperkenalkan Revolusi Industri ke Jepang dan mengendalikannya dari atas.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam kajian untuk dapat memahami pembahasan ini dan memperoleh suatu pengetahuan yaitu adalah studi pustaka. Dimana studi pustaka merupakan proses pencarian data dari berbagai referensi yang ada mengenai objek  yang akan dikaji. Contohnya seperti buku, majalah, jurnal, internet, dan koran, yang ada hubungannya atau relevan dalam suatu masalah yang akan dipecahkan dalam suatu pengkajian dengan menggunakan referensi sebagai acuannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Conny R. Semiawan (2010:40) menyatakan bahwa:
Studi pustaka adalah bahan yang tertulis berupa buku, jurnal, yang membahas tentang topik yang hendak diteliti.
Dimana dalam hal ini cara melakukan Studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah pengkajian, periksa sumber pendahuluan atau abstrak di karangan tersebut, kemudian mulai membaca dengan cermat dan kritis untuk penalaran, membuat pencatatan yang diperlukan, kemudian catatlah hal yang relevan dan  melakukan penalaran deduktif dan induktif yang biasanya akan ditemukan Jawaban sementara atau hipotesa dari masalah pengkajian.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk dapat menemukan solusi untuk memecahkan suatu masalah dalam pengkajian.
Pembahasan
Dalam perkembangan sejarah Shogun dan Samurai Jepang, lahirlah suatu ajaran atau kode etik yang mengatur tingkah laku, dan  kehidupan para samurai. Aturan atau kode etik ini kemudian dikenal dengan nama Bushido yang atrinya jalan ksatria. Sistem pemerintahan Jepang  yang baru pasca era Shogun yang didominasi para mantan  Samurai, adalah untuk mengembalikan  semangat Samurai dengan tetap menyerap ilmu dan kemajuan dunia  Barat dalam bidang ekonomi maupun militer. Selebihnya, sebagaimana kata peribahasa  adalah untuk melestarikan akar budaya dan sejarah Jepang.
Pada kenyataanya, kebudayaan Samurailah yang memungkinkan Jepang bisa mencapai kesuksesan yang luar biasa dalam bidang  ekonomi maupun militer. Mulai tahun 1870 hingga   saat  mereka mengalami kekalahan yang memalukan  saat berperang melawan Amerika Serikat pada tahun 1945. Prinsip Samurai juga yang membuat  bangsa itu mampu bangkit dari kekalahan perang hanya dalam kurun waktu kurang dari tiga puluh tahun  hingga Jepang secara mengejutkan tumbuh menjadi kekuatan ekonomi terbesar ranking kedua di dunia setelah Amerika Serikat. (Dozi Swandana, 2009 :161).
Bushido pada awalnya adalah kode etik kepahlawanan kaum Samurai dalam feodalisme Jepang. Berdasarkan sumbernya, bushido berasal dari ajaran Budha dan Shinto. Bushido yang telah menjadi prinsip hidup orang Jepang berisikan ajaran tentang kesetiaan, kejujuran, etika sopan santun, tata krama, disiplin, rela berkorban, kerja keras, kebersihan, hemat, kesabaran, ketajaman berfikir, kesederhanaan, serta kesehatan jasmani dan rohani.
Bushido menjadi asas moral yang harus dihayati kalangan ksatria. Bushido juga menjadi pengganti pelajaran agama dan pedoman moral serta etika bangsa Jepang. Tidak heran jika nilai-nilai bushido sangat terpatri dalam jiwa bangsa Jepang hingga saat ini. Dengan demikian, dapat dikatakan di masa sekarang ini tidak ada pendidikan karakter khusus dalam masyarakat Jepang, karena karakter mereka sudah terbentuk sejak dahulu kala dengan mentransformasikan ajaran-ajaran Bushido dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Norma masyarakatlah yang menjadi hukum sosial yang mengontrol kehidupan masyarakat dalam masalah moral dan beretika. Semangat bushido yang telah menghidupkan dan mengembangkan ekonomi dan industri Jepang adalah semangat berdisiplin tinggi, bekerja keras, bertanggung jawab dan punya rasa malu bila melakukan perbuatan yang merugikan orang lain.
Hematnya, implementasi bushido dapat diartikan sebagai pendidikan karakter kolektif dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam pengembangan masyarakat ke arah yang konstruktif. (Taira Shigesuke, 2009)
Bushido mulai menjadi kesatuan nilai yang dianut oleh bangsa Jepang pada era modernisasi, mengingat diperlukannya kesetaraan pada seluruh masyarakat. Bushido diajarkan di sekolah-sekolah sebagai pengganti pelajaran agama dan pedoman moral.
Nilai-nilai bushido yang telah mendarah daging dalam jiwa bangsa Jepang menjadi kekuatan Jepang untuk memajukan negerinya. Tujuannya akan kehormatan menyebabkan mereka berusaha keras untuk mengatasi hambatan-hambatan pembangunan (SDA yang langka dan penduduk yang padat) menjadi potensi untuk kemajuan ekonomi.
Faktor lainnya yang mendukung keberhasilan sistem ekonomi Jepang adalah loyalitas terhadap negara. Loyalitas tersebut tercermin dalam usaha tiap prefektur mengembangkan industri sesuai SDA yang dimiliki dan jalinan kerjasama antara sektor wirausaha swasta dengan pemerintah sejak awal zaman Meiji. Di bidang politik, pemerintahan Jepang bersih dan hampir bebas dari kasus korupsi karena mereka mempunyai budaya malu yang sangat kuat.
Selain itu, kehidupan politik dapat berjalan harmonis oleh dukungan rakyat yang menghormati pemerintah dan Kaisar. Dengan demikian, sistem politik dan sistem ekonomi Jepang berhasil karena penerapan nilai-nilai Bushido berupa kesetiaan, kehormatan, rasa malu, dan tanggung jawab.

Kesimpulan
Secara umum Jepang memiliki sumber daya alam yang terbatas, kondisi geografisnya pun kurang menguntungkan karena sering dilanda gempa apalagi pasca pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Tentara Sekutu membuat Jepang luluh lantak dan berada di titik terbawah namun karena memiliki sumber daya manusia yang kompetitif, Jepang dapat dengan cepat “berlari” mengejar ketertinggalannya.
Semua ini dimulai dari pembentukan sikap yang sarat nilai-nilai dalam ranah afektif yang ditanamkan bagi warganya. Jepang melakukan pembangunan karakter tersebut dengan mengadopsi nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaannya. ( Boye de Mente tjmh. Fifah, 2009 :17 )
Semangat Bushido yang telah terpatri hingga kini dalam kehidupan masyarakat Jepang serta kesadaran sangat mendalam dari setiap warga Jepang dalam mentaati semua peraturan yang berhubungan dengan norma-norma masyarakat telah menjadikan Jepang menjadi negara yang aman, tertib dan sadar moral. Semangat bushido yang telah menjiwai kaum Samurai selama beberapa abad itu sampai kini masih hidup, namun bukan dalam bentuk semangat untuk berperang atau mengabdi kepada komandan.

Nilai Moral
setelah mengetahui apa itu ajaran Bushido, nilai moral yang dapat kita ambil dari pembelajaran ajaran Bushido adalah pentingnya penanaman rasa malu dan rasa disiplin yang tinggi, dan penghargaan akan waktu. Karena orang Jepang sangat menghargai akan ketiga hal tersebut maka itu membawa negara Jepang menjadi negara yang sangat maju.
 Padahal negara Jepang sudah kalah telak dalam perang melawan Amerika Serikat, namun mereka dapat bangkit dengan cepat dan bisa menyaingi Amerika Serikat. Itu semua karena Jepang menerapkan ajaran Bushido dalam praktek kehidupan mereka sehari-hari yang membawa mereka menjadi negara yang maju.

Daftar Pustaka
Dozi Swandana, 2009, Dewa Perang Jepang,, Mas Media Buana Pustaka, Sidoarja, Jawa Timur.
Boye de Mente, Tjmh. Fifah, 2009, Misteri Kode samurai Jepang, Penerbit Gara Ilmu, Yogyakarta.
Taira Shigesuke,2009, Bushido Shoshinsu Spirit Hidup Samurai (filosofi para ksatria, Selasar Surabaya Publishing, JawaTimur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar